
Oposisi dan Antonimi
Oposisi adalah hubungan pertentangan antara dua kata yang menunjukkan perbedaan makna, misalnya hidup dan mati, panjang dan pendek, serta suami dan istri. Dalam istilah sehari-hari, hubungan semacam itu kerap disebut lawan kata atau antonimi. Istilah lawan kata tampaknya merupakan pemendekan dari istilah lawan makna kata.
Menurut Cruse (1986), antonimi merupakan salah satu jenis oposisi. Ia membagi oposisi menjadi tiga, yaitu komplementari (complementaries), antonimi, dan oposisi direksional (directional opposition). Komplementari membedakan dua kata dengan sempurna, misalnya hidup dan mati. Sebaliknya, antonimi membedakan pasangan kata dengan bertaraf atau bergradasi, misalnya panjang dan pendek. Terakhir, oposisi direksional membedakan makna berdasarkan hubungan arah atau relasi, misalnya atas dan bawah serta suami dan istri.
Komplementari disebut juga oposisi takbergradasi atau oposisi biner (Subuki, 2012). Pada oposisi jenis ini, makna sebuah kata merupakan negasi kata yang beroposisi dengannya, dan sebaliknya. Misalnya, hidup berarti tidak mati dan tidak mati berarti hidup. Cruse membagi komplementari menjadi empat, yaitu (1) reversif, misalnya hidup dan mati; (2) interaktif, misalnya mematuhi dan membangkang; (3) satisfaktif, misalnya berhasil dan gagal; serta (4) konteraktif, misalnya membela dan menyerah.
Antonimi disebut juga oposisi bergradasi atau oposisi berjenjang. Pada oposisi ini, ada tingkat yang dapat dinyatakan dengan, antara lain, agak, lebih, dan sangat (Rahyono, 2012: 160). Cruse membagi antonimi menjadi tiga, yaitu (1) antonimi kutub (polar), misalnya panjang dan pendek, (2) antonimi tumpang tindih (overlapping), misalnya baik dan buruk, serta (3) antonimi seimbang (equipollent), misalnya panas dan dingin.
Oposisi direksional (directional opposition) berhubungan dengan arah. Jenis oposisi ini dapat dibagi menjadi lima, yaitu (1) arah, misalnya naik dan turun; (2) antipoda, misalnya atas dan bawah; (3) pendamping (counterpart), misalnya bukit dan lembah; (4) reversi, misalnya meningkat dan menurun; serta (5) kosokbali (converses), misalnya suami dan istri.
Selain tiga jenis oposisi yang menghubungkan dua kata yang bertentangan itu, ada jenis pertentangan yang melibatkan perbedaan cakupan. Hubungan itu disebut hiponimi (Tarigan, 1985). Pada hubungan ini, kata yang satu (hipernim), misalnya hewan, bermakna lebih luas daripada yang lain (hiponim), misalnya kucing. Pertentangan makna juga dapat dilihat pada berbagai hiponim dalam sebuah domain, misalnya anjing dan kucing.
Rujukan
- Cruse, David Alan. 1986. Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.
- Rahyono, F.X. 2012. Studi Makna. Jakarta: Penaku.
- Subuki, Makyun. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Tangerang: Transpustaka.
- Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Penulis: Ivan Lanin
Penyunting: Dessy Irawan
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa