
Pola-Pola Akronimisasi dari Harimurti
Bukan informasi yang asing lagi bahwa penutur bahasa kita gemar sekali membentuk akronim. Sewaktu saya berkuliah, acara-acara kampus digelar dengan judul berbentuk akronim. Sekarang, saat sebagian besar kegiatan dilaksanakan dalam ruang virtual, tajuk untuk webinar, presentasi, dan acara-acara daring lainnya juga banyak dikemas dengan akronim guna menggaet mata publik.
Menurut Harimurti Kridalaksana, akronim hadir bukan semata-mata untuk kepentingan pemasaran. Akronim adalah akal-akalan penutur atau jalan pintas yang manusia tempuh untuk mengingat sesuatu. Kridalaksana (2010) menyatakan, “Daya ingat manusia secara universal sangat terbatas. Dengan keterbatasan itu manusia berusaha mencari alternatif dalam mengingat sesuatu yang panjang dengan bantuan bentuk-bentuk pendek. Bentuk pendek itu dapat berupa singkatan, penggalan, kontraksi, lambang huruf, atau akronim.”
Dalam Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (2010), Kridalaksana membuat klasifikasi mengenai pola-pola pengakroniman. Menurutnya, terdapat enam belas pola akronimisasi dalam bahasa Indonesia.
- Pengekalan suku pertama dari tiap komponen
Contoh: Orba (Orde Baru) dan penjas (pendidikan jasmani)
- Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan pengekalan komponen kedua secara utuh
Contoh: Angair (angkutan air)
- Pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen
Contoh: Menwa (resimen mahasiswa)
- Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya
Contoh: Markoak (Markas Komando Angkatan Kepolisian)
- Pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi
Contoh: Anpuda (Andalan Pusat dan Daerah)
- Pengekalan huruf pertama dari tiap komponen
Contoh: KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
- Pengekalan huruf pertama dari tiap komponen frasa dan pengekalan dua huruf pertama dari komponen terakhir
Contoh: AIKA (Arsitek Insinyur Karya)
- Pengekalan dua huruf pertama dari tiap komponen
Contoh: Unud (Universitas Udayana)
- Pengekalan tiga huruf pertama dari tiap komponen
Contoh: Prokes (protokol kesehatan) dan puslat (pusat latihan)
- Pengekalan dua huruf pertama dari komponen pertama dan tiga huruf pertama dari komponen kedua yang disertai pelesapan konjungsi
Contoh: Abnon (abang dan none)
- Pengekalan dua huruf pertama dari komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama dari komponen kedua
Contoh: Nekolim (neokolonialis, kolonialis, imperialis)
- Pengekalan tiga huruf pertama dari komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama dari komponen kedua
Contoh: Nasakom (nasionalis, agama, komunis)
- Pengekalan tiga huruf pertama dari tiap komponen yang disertai pelesapan konjungsi
Contoh: Falsos (falsafah dan sosial) dan sosbud (sosial dan budaya)
- Pengekalan dua huruf pertama dari komponen pertama dan tiga huruf pertama dari komponen kedua
Contoh: Jabar (Jawa Barat) dan Jatim (Jawa Timur)
- Pengekalan empat huruf pertama dari tiap komponen yang disertai pelesapan konjungsi
Contoh: Agitprop (agitasi dan propaganda)
- Pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan
Contoh: Akaba (akademi perbankan), agipoleksos (agama, ideologi, politik, ekonomi, dan sosial), serta Urildiadj (Urusan Moril Direktorat Ajudan Jenderal)
Demikianlah enam belas pola akronimisasi yang dikemukakan oleh Kridalaksana. Namun, saya rasa pola-pola tersebut harus dimutakhirkan. Bahkan, kalau perlu, dirumuskan aturannya sehingga bencana banjir akronim yang membingungkan bisa teratasi.
#akronim
Rujukan:
- Alniezar, Fariz. 2021. “Banjir Akronim Rancu dalam Bahasa Indonesia Dipelopori Militer”. Tirto. Diakses pada 18 Februari 2022.
- Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Retmawati. 2021. “Banjir Singkatan Kala Pandemi”. Kompas.id. Diakses pada 18 Februari 2022.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa