
Pentingnya Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf memiliki kalimat topik yang memuat gagasan utama atau ide pokok. Mudahnya, kalimat topik adalah isu penting yang ingin diutarakan oleh seorang penulis. Dalam ragam fiksi, gagasan utama dapat tersajikan lewat beberapa kalimat topik. Namun, dalam ragam nonfiksi, biasanya kalimat topik berada pada awal, tengah, akhir, atau awal dan akhir paragraf.
Kerabat Nara pasti pernah membaca sebuah tulisan nonfiksi yang mempunyai paragraf-paragraf panjang. Hal itu, kemungkinan besar, diakibatkan oleh bercabangnya kalimat penjelas atau pengembang. Menurut Suladi (2015), kalimat penjelas terbagi menjadi dua jenis, yakni kalimat penjelas langsung dan kalimat penjelas taklangsung. Perlu dicatat, kalimat penjelas langsung berperan untuk mendukung kalimat topik, sedangkan tugas kalimat penjelas taklangsung adalah mendukung kalimat penjelas langsung. Supaya tidak pusing, coba perhatikan paragraf berikut.
“(1) Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas yang mendalam. (2) Pakaian adat dikenakan ketika ada ritual ataupun hajatan. (3) Para pria mengenakan celana panjang warna hitam, baju koko lengan panjang—biasanya warna hitam untuk warga biasa dan warna putih untuk dukun pandita—serta mengenakan ikat kepala (udeng). (4) Para perempuan mengenakan kain batik dan kebaya polos hitam dengan menyanggul rambut mereka atau menyisir rambut mereka dengan rapi.”
Paragraf di atas saya ambil dari Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf (2015). Sebagai paragraf deduktif, gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama, yaitu soal pakaian adat masyarakat Tengger yang mencerminkan kesahajaan dan religiositas. Pakaian adat dikenakan ketika ada ritual ataupun hajatan adalah kalimat penjelas langsung. Penggunaan pakaian adat masyarakat Tengger kemudian diperjelas lebih lanjut pada kalimat ke-3 dan ke-4. Berarti, dua kalimat terakhir pada paragraf tersebut merupakan kalimat penjelas taklangsung.
Suladi menjelaskan bahwa dalam paragraf deduktif kalimat topik tidak boleh diikuti oleh kalimat penjelas taklangsung. Urutannya adalah kalimat topik → kalimat penjelas → kalimat penjelas taklangsung. Sementara itu, dalam paragraf induktif, urutannya begini, kalimat penjelas taklangsung → kalimat penjelas langsung → kalimat topik. Maka, apabila kita mengubah urutan kalimat penjelas, pola pernalaran paragraf tersebut juga turut berubah.
Dengan mengetahui jenis, fungsi, serta urutan kalimat penjelas langsung dan tak langsung, kita bisa menghindari penulisan paragraf yang terlampau panjang. Keruntutan kalimat dalam paragraf dapat ikut terjaga. Lebih dari itu, kalimat topik pun mampu berdiri dengan kokoh.
#paragraf #kalimatpenjelas
Rujukan:
Suladi. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa