
Preposisi “Pada”, “Kepada”, “Di”, dan “Ke”
Dalam bahasa Indonesia, pada, kepada, di, dan ke merupakan empat preposisi yang penting untuk dibahas. Keempatnya memiliki frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, baik dalam tulisan maupun ujaran. Meskipun demikian, beberapa dari kita masih sering menganggap sama pada dengan kepada, kepada dengan ke, dan di dengan pada.
Agung Y. Achmad dalam “Tentang pada dan kepada” menyatakan bahwa pembukaan pada lagu “Bagimu Negeri” ciptaan Kusbini akan lebih tepat secara bahasa jika menggunakan kata kepada, bukan pada. Berkat esai tersebut, saya terdorong untuk mencari tahu lebih jauh mengenai penggunaan pada dan kepada.
Ternyata, pada seharusnya menunjukkan posisi atau keberadaan yang tidak bercirikan tempat. Pada digunakan untuk menandakan waktu, seperti pada malam itu; konsep, misalnya pada kesempatan ini; dan orang, contohnya Buku itu ada pada saya. Sementara itu, kepada adalah preposisi yang menandakan tujuan atau arah, seperti Saya memberikan hati ini kepadamu. Perlu dicatat, baik pada maupun kepada tidak digunakan untuk menandakan tempat.
Sebaliknya, untuk menunjukkan posisi atau keberadaan berupa tempat, kita menggunakan di. Kemudian, untuk menandakan tujuan atau arah berupa tempat, kita menggunakan ke. Perhatikan bagan yang telah disusun oleh Ivan Lanin berikut.
Tentu setelah membaca bagan tersebut dengan saksama, kita bisa dengan mudah memperbaiki penulisan preposisi dalam kalimat Di hari yang indah itu, aku memberikan hati ini padamu.
Ingat, hari bukanlah sebuah tempat. Gantilah di dengan pada. Lalu, sulihlah pada dalam padamu menjadi kepada untuk menandakan tujuan. Perbaikan pada contoh di atas akan menghasilkan kalimat Pada hari yang indah itu, aku memberikan hati ini kepadamu.
Rujukan:
- Achmad, Agung Y. 2009. “Tentang pada dan kepada”. Dalam Majalah Tempo, Februari, Jakarta.
- Kumala, Aprilia. 2018. “Penggunaan Kata Depan Ke, Kepada, Pada, dan Untuk yang Suka Bikin Pusing”. Diakses pada 17 November 2020.
- Lanin, Ivan. 2015. “Di, ke, pada, dan kepada”. Diakses pada 17 November 2020.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Dessy Irawan
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa