Menulis Fiksi: Tidak Semudah yang Dibayangkan
Tabik.
Bulan ini, Narabahasa bersama widyaiswara lainnya memberikan pelatihan penulisan untuk sebuah komunitas. Mayoritas peserta di pelatihan ini adalah penulis fiksi. Setelah Nara mengobrol dengan beberapa peserta, tujuan mereka mengikuti pelatihan ini adalah ingin mengembangkan kemampuan dalam menulis, khususnya fiksi.
Banyak sekali pengalaman yang Nara dapatkan ketika mengikuti acara ini. Nara jadi sadar bahwa menulis fiksi tidak semudah yang dibayangkan. Menulis fiksi bukan hanya berkhayal atau berimajinasi tentang seorang tokoh lalu membangun cerita dari tokoh tersebut dengan berbagai kejadian. Menulis cerita fiksi ternyata lebih dari itu. Mulai dari memikirkan karakter yang dibangun, permainan alur dan plot, latar yang memukau, hingga menelisik hikmah dan pesan apa yang dapat disampaikan ke pembaca melalui cerita.
Sama seperti penulis nonfiksi, penulis fiksi juga perlu menguasai tata bahasa dan ejaan agar tulisannya semakin ciamik. Pada acara dengan komunitas yang telah diselenggarakan tersebut, Narabahasa menyampaikan bahwa penguasaan tata bahasa dan ejaan menjadi “alat” sebelum “perang” ketika ingin menjadi penulis hebat. Sebagus apa pun ceritanya, semenarik apa pun tokohnya, jika tata bahasa dan ejaan yang digunakan berantakan, tulisan pun dapat berkurang nilainya.
Oleh karena itu, apa pun jenis tulisan Kerabat Nara, baik fiksi maupun nonfiksi, penguasaan tata bahasa dan ejaan menjadi dasar utama dalam menulis. Untuk mendukung hal tersebut, Nara memiliki kelas-kelas yang dapat meningkatkan kemahiran dalam menulis fiksi, yaitu kelas daring publik Tata Bahasa Dasar dan Penyuntingan Fiksi. Kerabat Nara dapat mengecek kelas tersebut dan kelas lainnya di sinara.narabahasa.id, ya!
Nah, kalau Kerabat Nara, pernahkah menulis fiksi? Jika ya, apa tantangan yang pernah Kerabat Nara temui?
Yuk, kita diskusi dan sampai bertemu di kelas!
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa