Menyunting Fiksi pada Kelas Daring Lanjutan Narabahasa
Penulisan kreatif pada kelas di Narabahasa didominasi oleh hal-hal yang berhubungan dengan digital. Misalnya, penulisan konten media sosial, penulisan wara, dan perancangan wajah media sosial. Untuk itu, Narabahasa mulai membuka kelas lanjutan penulisan kreatif yang berbeda, yakni penyuntingan fiksi. Sebetulnya, bagaimana perbedaan antara penyuntingan naskah fiksi dan nonfiksi?
Amanatia Junda, pengajar Kelas Daring Lanjutan (KDL) Penyuntingan Naskah Fiksi, menyebutkan bahwa dalam penyuntingan fiksi, pada hakikatnya, mengharuskan tahap pembacaan dengan sensitif. Amanatia menjelaskan bahwa proses menulis fiksi berkaitan erat dengan kerja personal dan kelekatan antara penulis dan tulisannya. Oleh karena itu, seorang penyunting fiksi perlu menyeimbangkan karakter, gagasan, alur, dan latar penulis tersebut. Dirinya juga menyebut bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara penyuntingan fiksi dan nonfiksi, kecuali pada bagian pembuatan adegan yang rumit dalam cerita fiksi.
Pada kelas yang diselenggarakan pada 28 Februari 2023 itu, Amanatia mengajak para peserta untuk mempraktikkan penyuntingan dari dua segi: substansi dan teknis. Dengan materi mendalam dan studi kasus, KDL Penyuntingan Fiksi ini cocok diikuti oleh peserta yang memang tertarik untuk terjun secara profesional menjadi editor.
Penulis: Thesa Nurmanarina
Penyunting: Dwi Aprilia Kumala Dewi
Artikel & Berita Terbaru
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian
- Ngapain?
- Nasib Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
- Aman Aja
- WIKOM BPOM 2024 bersama Narabahasa